Title: The Beginning
Chapter: 6/?
Genre: Romance, Comedy, School-life
Rate: PG-12
Disclaimer: Plot belongs to me yet inspirated from my friend's fic (you can check it in here. The title of the fic is 'Between You and Me').
Cast:
-EXO members
-Original Characters
Summary: Pertemuan pertama pasangan yang kalian kira manis awalnya tidak semanis yang kalian kira.
Author notes:
AKHIRNYA UPDATE JUGA~ YEHET~ OHORAT~
Kemarin sempet mau update cuma ya karena ada 'masalah itu' membuat saya sempat tidak mau update. Tapi pada akhirnya saya mau update juga.
Ya saya sih berharap semoga masalah ini berakhir dengan baik-baik, deh, amin.
Anyway happy read~
~oOo~
Akhirnya Heerin bisa kembali berangkat ke
sekolah seperti biasa lagi–maksudnya berangkat bersama Minseok lagi. Bukan
berangkat dengan Joonmyeon lagi.
Padahal dia ‘kan berangkat bersama
tetangganya cuma pada hari Jumat yang lalu itu. Harusnya dia bahagia-bahagia
saja karena sudah tidak perlu merepotkan keluarga Kim lagi.
Harusnya.....
“Heerin-ah. Kau kenapa?” tanya Minseok
begitu melihat raut wajah adiknya yang seolah terlihat memikirkan sesuatu yang
membebani adiknya.
Saat ini mereka tengah berada di dalam bus
yang akan mengantar mereka ke sekolah mereka masing-masing. Dimana Heerin duduk
di posisi dekat jendela sementara Minseok duduk di sebelahnya.
Mendengar sang kakak tengah menanyai dirinya,
Heerin menoleh lalu menjawab, “Aniya. Aku baik-baik saja kok, oppa.”
“Kau yakin? Dari tadi pagi wajahmu begini
terus. Kusut seperti pakaian yang belum disetrika sama sekali.” Heerin tertawa
pelan mendengar omongan kakaknya barusan.
Kakaknya yang satu ini memang tidak begitu
aktif dalam berbicara–sama dengan Heerin sendiri. Tapi kalau sudah soal adiknya
sendiri, pasti Minseok akan berbicara dengan baik.
Sembari menyunggingkan senyum yang
menunjukkan kalau ia tidak apa-apa, Heerin menjawab, “Jinjja na gwaenchana,
oppa.”
“Benar kau tidak apa-apa?”
Heerin menganggukkan kepalanya. Jari telunjuk
dan tengah tangan kanannya membentuk ‘V’.
“Ah! Sudah sampai!” seru Heerin begitu ia
sadar bus yang tengah ia naiki ini telah sampai di tujuan; Jeguk Middle School.
Gadis itu beranjak dari tempat duduknya ketika bus mulai berhenti di halte
Jeguk Middle School.
“Oppa, aku duluan ya,” pamit Heerin
kepada kakaknya.
“Ne. Kau belajar dengan benar, ya.”
Heerin memutar kedua bola matanya begitu ia mendengar pesan dari kakaknya.
“Lama-lama oppa sudah seperti jiplakan
eomma saja,” ledek putri bungsu keluarga Shin itu. Setelah itu ia turun
dari bus, Heerin langsung berjalan dari halte menuju sekolahnya.
Begitu ia sudah melewati gerbang sekolahnya,
kedua mata Heerin langsung menangkap sebuah mobil yang entah kenapa begitu
familiar.
Bukankah itu mobil keluarga Kim? batin
Heerin. Tetapi kemudian ia teringat sesuatu lagi.
Hari ini ‘kan hari pertama Tao masuk sebagai
siswa Jeguk Middle School. Gadis itu berspekulasi kalau kedua orangtua
Joonmyeon –yang notabene menjadi wali dari Tao– tengah mengurus administrasi.
Heerin pun kembali melanjutkan perjalanannya
ke dalam gedung sekolahnya.
“Heerin-ah, tunggu!” tiba-tiba
terdengar suara seseorang dari arah belakang Heerin, membuat yang dipanggil
langsung menghentikan langkahnya. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat siapa
yang baru saja memanggilnya tadi.
Dapat dilihatnya sosok tinggi Chanyeol yang tengah
berjalan menghampirinya. Pemuda bermarga Park itu tampak sedikit kerepotan,
apalagi ia membawa gitar. Astaga. Pemuda itu selalu setia dengan gitar
kesayangannya itu.
“Kau tampak kerepotan. Mau aku bantu?” tawar
Heerin yang agak kasihan melihat Chanyeol yang tengah kerepotan antara membawa
tas sekolahnya dan juga tas gitarnya.
“Tidak apa-apa? Takutnya aku merepotkanmu,”
kata Chanyeol merasa tidak enak. Masalahnya yang mau menolongnya ini adalah
seorang perempuan.
“Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa membawa
barang milik orang lain. Sebut saja Seungwoo dan Hyunra,” tukas Heerin. “Toh
aku bisa menjelaskannya kepada kekasihmu itu yang sebenarnya agar ia tidak
cemburu berkelanjutan.”
Spontan wajah Chanyeol langsung merona begitu
mendengar kalimat terakhir yang diucapkan oleh teman sekelasnya itu.
“Kau ini bisa sekali,” ucap pemuda itu salah
tingkah sembari memberi tas ranselnya kepada Heerin–walau masih dengan perasaan
agak tidak enak.
Namun tampaknya Heerin sendiri merasa tidak
keberatan. Buktinya dengan santai gadis itu langsung mengambil tas milik
Chanyeol dan langsung menggendongnya. Jadi sekarang Heerin tengah membawa dua
tas.
Terbalik, bukan? Harusnya laki-laki yang
melakukan hal seperti itu. Tetapi ini.....malah perempuan yang
melakukannya.....
Mereka berdua pun akhirnya melanjutkan
perjalanan menuju kelas mereka. Tentunya selama di perjalanan menuju kelas
mereka pun tak hentinya bercengkerama.
“Aku masih tidak menyangka kalau ternyata kau
orang yang ramah juga,” Chanyeol melanjutkan kembali pembicaraan mereka yang
sempat terhenti. Sementara Heerin sendiri yang mendengarkannya hanya bisa
mengernyitkan dahinya.
“Maksudmu?” Heerin bertanya heran.
“Maksudku, begini. Pada hari pertama masuk
sekolah ini terlihat jelas kalau kau itu susah didekati karena kau begitu
dingin pada orang-orang,” terang Chanyeol. Heerin langsung menghela nafasnya.
“Sudah berapa orang yang berkata seperti itu
padaku,” gumam Heerin namun masih tertangkap pada indera pendengaran Chanyeol. Pemuda
dengan tinggi tubuh yang luar biasa itu terkekeh.
“Jinjjayo, Heerin-ah! Aku ingat
sekali ketika hari pertama aku mau meminjam pulpen padamu, kau menatapku dengan
tatapan tajam seolah berkata ‘menjauhlah dari teritoriku’,” Heerin tertawa
mendengar penjelasan Chanyeol barusan.
“Kau ini ada-ada saja, sih,” kata Heerin. “Memangnya
aku terlihat sedingin itu, ya?”
Chanyeol menganggukkan kepalanya dengan
semangat. “Makanya itu. Kurangilah aura dingin yang memancar darimu itu,
Heerin-ah.”
Kembali Heerin hanya bisa menghela nafasnya. “Entahlah,
Chanyeol-ah. Semenjak saat itu aku jadi susah percaya dengan
orang lain....”
“Eh? Saat itu? Maksudmu?” Chanyeol
bertanya begitu ia mendengar dua kata yang meluncur dari bibir Heerin.
Sementara Heerin langsung tersentak dengan
ucapannya sendiri. “A-aniya. B-bukan.....bukan apa-apa, kok.
Bukan hal yang penting.”
Sebenarnya Chanyeol ingin bertanya lebih,
namun begitu ia melihat raut wajah Heerin yang terlihat jelas seolah ingin
menghindari pembicaraan ini membuat Chanyeol jadi tidak ingin bertanya lagi.
Lain lagi dengan Heerin yang bernafas lega. Hampir
saja.....
~oOo~
Sementara itu, masih di Jeguk Middle
School....
Tampak sosok Joonmyeon, Tao, serta kedua
orangtua Joonmyeon yang baru saja keluar dari ruang administrasi. Setelah
mereka sempat berbincang sebentar, akhirnya kedua orangtua Joonmyeon memutuskan
pulang ke rumah setelah mengurus administrasi Tao.
Dan, oh. Tidak lupa dengan ayah Joonmyeon
yang sempat berpesan kepada putranya agar tidak lupa mengajak menantu idamannya
pulang bersama.
Siapa lagi kalau bukan Shin Heerin yang
dimaksud?
“Ada-ada saja sih,” gerutu Joonmyeon pelan.
Kini ia dan Joonmyeon tengah berjalan menuju kelas masing-masing.
Lain dengan Joonmyeon yang terlihat kusut,
lain pula dengan Tao yang terlihat begitu cerah. Sejak keluar dari ruang
administrasi tadi wajahnya terlihat cerah bagai matahari yang tengah menyinari
bumi saat ini.
Ia membaca kertas yang ada di genggaman
tangannya.
‘Jadwal Pelajaran Kelas 1-7’
Tidakkah kalian merasa asing dengan kelas
itu?
Yap, kelas 1-7 akan menjadi kelas dimana Tao
belajar di Jeguk Middle School selama tahun pertamanya. Kalau ia tidak salah
ingat Heerin juga berada di kelas 1-7. Itu berarti setidaknya ada yang bisa
membantunya untuk berkomunikasi dengan anak-anak di kelas barunya nanti.
Kalau soal kelas 1-7 dan Heerin, itu berarti nanti
akan ada....
“—Park Hyunra,” gumamnya tanpa sadar. Ya,
siapa lagi kalau bukan gadis yang kini menjadi tambatan hatinya?
Tapi sayang. Joonmyeon sempat mendengar
sekilas apa yang digumamkan pemuda berkantung mata itu.
“Tadi kau bilang apa?” tanya Joonmyeon.
Untungnya sih, hanya sekilas.
Mengetahui kalau saudara jauhnya sempat
mendengar sekilas apa yang digumamkannya secara tanpa sadar barusan, Tao
langsung salah tingkah.
“T-tidak ada apa-apa, kok, gēgē. A-aku
hanya bilang kalau mungkin ini akan menjadi menyenangkan,” jawab Tao gelagapan.
Ia masih tidak berani untuk menceritakan
kepada saudara jauhnya kalau ia tengah dirundung asmara.
Dan lagi, untungnya Joonmyeon percaya. Pemuda
itu langsung tersenyum kepada Tao. “Tenang saja. Pasti akan menyenangkan, kok,”
ucap Joonmyeon.
Sementara Tao hanya bisa tersenyum canggung.
~oOo~
Bel masuk sudah berbunyi. Anak-anak yang
masih ada di luar kelas pun langsung bergegas menuju kelas mereka
masing-masing. Begitu pula dengan kelas 1-7.
Jam pertama digunakan sebagai jam untuk wali
kelas. Tampak wali kelas 1-7, Yoo-seonsaeng–guru Bahasa Inggris,
memasuki kelas. Spontan suasana ricuh di ruang kelas itu langsung meredam
begitu wali kelas mereka memasuki ruangan kelas.
Salah seorang siswa laki-laki kelas 1-7, yang
merupakan ketua kelas, berdiri dari tempat duduknya. “Perhatian!” serunya
dengan tegas. “Memberi salam.” Kemudian semua murid di kelas itu memberi salam
kepada Yoo-seonsaeng dengan membungkukkan badan mereka.
“Annyeong haseyo, seonsaengnim,”
mereka memberi salam dengan suara yang lebih tenang. Tidak seperti sebelumnya
ketika guru belum masuk ke kelas.
“Terima kasih, hoejang,” kata Yoo-seonsaeng
yang secara tidak langsung menyuruh agar sang ketua kelas kembali duduk di
bangkunya. Sang ketua kelas pun langsung duduk di bangkunya.
“Baiklah. Hari ini kalian akan kedatangan
murid baru. Dia mengikuti program pertukaran pelajar dari sekolahnya di Cina,”
Yoo-seonsaeng mulai bersuara. Hal itu membuat kegaduhan kembali
terdengar di seisi ruangan kelas 1-7.
Sementara itu, Hyunra dan Seungwoo yang
mengerti maksud dari ucapan wali kelas mereka langsung menolehkan kepala ke
arah Heerin yang duduk di belakang mereka.
“Mwo? Kenapa kalian menatapku seperti
itu?” tanya Heerin dengan santai. Tentunya dengan suara yang pelan, terdengar
hampir seperti berbisik.
“Kau tidak cerita kalau Tao akan masuk
sekolah kita dan menjadi teman sekelas kita,” jawab Seungwoo dengan suara yang
tak kalah pelan. Heerin sendiri hanya mengangkat kedua bahunya.
“Kalian sendiri tidak bertanya,” balas Heerin
lagi.
“Semua, harap tenang!” Yoo-seonsaeng
menenangkan kelas dengan suaranya yang terdengar tegas. Membuat seisi kelas
kembali diam.
“Dimohon agar kalian dapat menyambut teman
baru kalian ini dengan baik,” ucap Yoo-seonsaeng sebelum ia menyuruh murid
‘pindahan’ itu masuk.
Pintu kelas pun terbuka. Menampilkan sosok
tinggi dengan kantung mata yang terlihat dengan jelas di bawah matanya. Semua
murid di kelas sontak terkejut melihat kehadiran murid ‘pindahan’ itu. Baiklah,
pengecualian untuk Heerin.
Tao berjalan dengan langkah pelan ke dalam
kelasnya. Ia menatap kelas yang akan menjadi kelasnya selama (hampir) 1 tahun
ke depan nanti itu. Kemudian kedua mata tajamnya menangkap sosok yang sedari
tadi dicarinya.
Park Hyunra.
Dapat dilihat gadis itu menatap Tao kaget,
tidak menyangka kalau pemuda kelahiran Qingdao itu akan masuk ke Jeguk Middle
School. Masuk kelas 1-7 pula.
Sebuah senyum terukir pada wajah Tao. Yang
membuat para siswi di kelas menahan pekikan kagum mereka.
“Nah. Kau bisa memperkenalkan dirimu, Zitao-sshi,”
kata Yoo-seonsaeng dengan nada yang ramah dan senyum yang ramah pula.
Dengan agak gugup Tao membungkukkan badannya.
Kemudian ia memperkenalkan dirinya. ”A-annyeong haseyo. Huang Zitao imnida.
M-manaseo bangapseubnida.”
Rasanya Tao ingin merutuk dirinya karena ia
yakin betul kalau suaranya terdengar aneh tadi. Apalagi ia memperkenalkan
dirinya di depan sang pujaan hati.
“Zitao-sshi. Kau bisa duduk di,
uhmm.....ah! Karena kau tinggi, kau bisa duduk di sebelah Wonshik-sshi!”
kata Yoo-seonsaeng sembari menunjuk sebuah bangku yang berada di pojok
belakang kelas.
Oh, tunggu.
Calon bangkunya selama (hampir) 1 tahun
kedepan nanti berada sederetan dengan bangku Hyunra. Hal itu membuat Tao
berusaha menahan senyumnnya mati-matian.
Tao kemudian melangkahkan kedua kaki
jenjangnya menuju bangku yang dimaksud oleh wali kelasnya itu. Tidak
dipedulikannya tatapan-tatapan yang tertuju kepadanya.
Pengecualian untuk tatapan dari Hyunra
tentunya. Serta tatapan dari Seungwoo dan Chanyeol yang juga baru tahu kalau
mereka akan sekelas dengan pemuda keturunan Cina itu.
Pemuda itu kemudian mendudukkan tubuhnya di
atas kursi yang akan menjadi partner-nya selama beberapa lama kedepan
nanti sampai ia naik ke kelas 2 nanti.
“Baiklah. Hanya itu saja dari saya. Hoejang,”
Yoo-seonsaeng memanggil ketua kelas untuk memimpin kelas memberikan
salam kepada wali kelas. Setelah memberi salam, Yoo-seonsaeng berjalan
keluar dari kelas.
Begitu Yoo-seonsaeng keluar dari
kelas, sontak seluruh murid di kelas 1-7 (kecuali Heerin, Hyunra, Seungwoo, dan
Chanyeol) langsung menghampiri Tao. Mencoba mengajak pemuda itu berkenalan.
“Kau berasal dari sekolah mana?”
“Kau kelahiran daerah mana?”
“Tinggalnya dimana?”
“Kau sudah punya pacar?”
“Kau kelahiran daerah mana?”
“Tinggalnya dimana?”
“Kau sudah punya pacar?”
Sontak Tao hanya bisa melongo begitu teman
sekelasnya langsung menghampiri dirinya dan menghujaminya berbagai macam
pertanyaan.
Jadi ini yang dimaksud Junmian-gēgē menyenangkan? batinnya tidak percaya. Bahkan ketika ia di Cina
saja keadaannya tidak separah ini.Sementara itu, keempat insan yang tidak menghampiri Tao karena sudah kenal dengannya lebih dahulu hanya bisa tertawa karena dalam sekejap saja Tao sudah menjadi populer.
Chanyeol yang kini duduk di bangku sebelah bangku Heerin–karena sang pemilik bangku tengah menanyai Tao juga, angkat bicara, “Aku yakin kalau sebentar lagi ia akan menjadi topik hangat di sekolah.”
“Kau benar. Toh, daya tariknya kuat sekali,” sahut Seungwoo. Sementara Heerin dan Hyunra hanya bisa terkekeh mendengar celotehan pasangan yang satu itu.
~oOo~
Namun lain dengan Chanyeol yang sudah bergegas bersama dengan tas gitarnya menuju suatu tempat yang selalu menjadi tempat favoritnya setiap istirahat.
Menyadari kebiasaan kekasihnya, Seungwoo yang sudah siap sedia bersama dengan kotak bekalnya langsung mengikuti Chanyeol yang sudah berjalan keluar terlebih dahulu dari kelasnya.
“Chanyeol-ah! Tunggu aku!” seru Seungwoo pada Chanyeol yang berjalan di depannya.
Mendengar suara seseorang yang memanggilnya, Chanyeol langsung menghentikan langkahnya dan menolehkan kepalanya. Senyuman langsung terukir pada wajahnya begitu ia menyadari kalau yang memanggilnya adalah Seungwoo.
“Kau mau kemana?” tanya Seungwoo begitu ia sudah berdiri di samping Chanyeol. Gadis itu sampai harus mendongakkan kepalanya karena, astaga, Chanyeol tinggi sekali! Atau tubuh Seungwoo saja yang kelewat mungil?
“Pergi,” jawab Chanyeol singkat. Cukup membuat Seungwoo mendengus sebal.
“Ya pergi kemana?” tanya Seungwoo lagi.
“Wae? Kau mau ikut?” kini Chanyeol yang bertanya balik. Seungwoo memiringkan kepalanya, tanda kalau ia bingung.
“Eh? Kemana?” Seungwoo mengulang pertanyaannya lagi. Tanpa merasa ragu, Chanyeol langsung menyeret tangan Seungwoo dari koridor tempat mereka berdiri.
~oOo~
“Jadi.....setiap kau istirahat, kau sering kesini?” tanya Seungwoo sembari menatap Chanyeol yang berdiri di sebelahnya. Yang ditanya menganggukkan kepalanya.
“Memangnya kau tidak tahu kalau ada tempat seperti ini di sekolah?” kembali, kini giliran Chanyeol yang bertanya.
Gadis bermarga Lee itu menggembungkan kedua pipinya kesal. Ia menepuk pelan lengan kekasihnya itu. “Aku ‘kan tidak begitu hafal dengan daerah sekolah ini, tidak sepertimu.” Sementara itu Chanyeol hanya bisa tertawa pelan mendengar ucapan kekasihnya.
Mungkin kalian bingung ada dimana mereka saat ini?
Baiklah. Saat ini mereka berada di taman belakang Jeguk Middle School. Kalau dilihat dari keadaannya, taman itu tampak selalu sepi. Padahal taman itu terlihat terawat.
Dan lagi, siapa sangka kalau seorang Park Chanyeol lebih senang menghabiskan waktu istirahatnya tempat indah seperti ini?
“Kau curang sekali. Tidak mengajakku ke tempat seperti ini,” gerutu Seungwoo kesal. Sementara Chanyeol terkekeh melihat kelakuan kekanak-kanakkan kekasihnya sebelum ia mengacak pelan rambut Seungwoo.
“Habisnya kau lebih memilih menghabiskan waktu istirahat bersama Hyunra dan Heerin. Jadinya aku lebih memilih sendiri saja di tempat ini,” jelas Chanyeol. Hal itu membuat Seungwoo tertegun karenanya.
“Mianhae, Chanyeol-ah. Aku tidak tahu,” sesal Seungwoo.
“Ya. Kenapa kau jadi minta maaf begitu? Sudahlah, tidak apa-apa. Yang jelas aku sudah mengajakmu kesini,” ujar Chanyeol seraya menghibur kekasihnya itu.
Mendengar ucapan Chanyeol membuat senyuman terpatri pada wajah manis Seungwoo. Gadis itu mengangukkan kepalanya setuju.
Chanyeol kemudian mengajak Seungwoo duduk di bangku yang ada di taman itu. Begitu mereka mendudukkan diri mereka di bangku itu, Chanyeol langsung mengeluarkan gitarnya dari dalam tas gitarnya.
“Kau selalu memainkan gitarmu disini?” tanya Seungwoo lagi. Chanyeol mengangukkan kepalanya.
“Biasanya aku sering menyanyikan lagu apapun yang kutahu. Tapi karena kau ada disini, aku akan menyanyikan lagu romantis untukmu,” jawab Chanyeol. Wajah Seungwoo merona mendengar gombalan Chanyeol barusan.
“Aish kau ini,” gerutunya sambil meninju pelan lengan Chanyeol. “Masih kelas 1 SMP saja sudah menyanyikan lagu romantis.”
“Salah sendiri kau membuatku jatuh hati padamu di saat kita masih seumur jagung begini,” canda Chanyeol yang disambut tawaan yang mengalir dari bibir Seungwoo.
Chanyeol kemudian memainkan gitarnya. Ia memainkan lagu berjudul ‘I to You, You to Me’ yang merupakan soundtrack dari ‘The Classic’. Sementara Seungwoo menikmati alunan gitar yang dimainkan dengan baik oleh Chanyeol.
Tidak lupa Seungwoo menyantap bekalnya. Dan tentunya gadis itu berbagi dengan Chanyeol dengan menyuapi kekasihnya itu. Mereka berdua tampak begitu mesra sekali. Orang-orang yang melihat mereka juga mungkin akan berpendapat demikian.
Tetapi tidak untuk seseorang yang tengah menatap mereka dari kejauhan. Orang itu tampak cemburu dengan apa yang kedua insan itu lakukan.
~oOo~
0 comments:
Post a Comment